top of page
Search

Filsafat Pendidikan Kristen



Tulisan ini merupakan analisis terhadap pemaparan mengenai filsafat pendidikan Kristen dalam sebuah video YouTube.[1]


Poin 1 (2.03)

Pendidikan Kristen yang ideal dimulai dengan kelahiran baru ketika kehidupan Allah dikomunikasikan ke dalam jiwa. Akan tetapi mengatakan bahwa Pendidikan Kristen yang tepat dimulai dengan kelahiran baru bukan berarti bahwa tidak ada gunanya mendidik sebelum kelahiran baru.


Menurut saya, pernyataan ini menunjukkan keunikan dari pendidikan Kristen. Hal ini dikarenakan melalui pernyataan tersebut terlihat bahwa proses Pendidikan Kristen tidak hanya sebatas mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Mentransfer informasi memanglah merupakan hukum dasar dari sebuah pendidikan. Namun dalam filsafat pendidikan Kristen, terdapat satu check point yang perlu diperhatikan dengan serius yaitu lahir baru. Lahir baru adalah hal yang penting bagi seorang Kristen, namun tidak ada masa yang baku bagi peserta didik untuk sampai kepada kondisi tersebut. Kesadaran akan idealnya pendidikan bagi peserta didik yang telah lahir baru seharusnya mengarahkan kepada keseriusan dalam merancang kurikulum yang memadai. Sebagai penyeimbang, lahir baru atau tidaknya peserta didik bukanlah merupakan kapasitas dari tenaga pendidik. Hal itu merupakan insiden spiritual yang harus diakui didasarkan pada otoritas ilahi dari Allah. Upaya perancangan kurikulum harus berada dalam terang keseimbangan dua realitas tersebut.

Oleh karena itu, kurikulum yang dirancang oleh gereja dan juga sekolah Kristen harus dengan kesadaran pentingnya aspek tersebut. Merefleksikan fungsi persiapan dalam kurikulum, cara pandang gereja dan lembaga pendidikan melalui kurikulum adalah mempersiapkan peserta didik untuk sampai kepada kondisi tersebut. Hal ini sejalan dengan bagian akhir dari pernyataan yang saya kutip di atas.


Poin 2 (5.16)

Ada tiga institusi yang bertanggungjawab dalam melaksanakan Pendidikan Kristen yaitu yang pertama adalah keluarga, gereja, dan sekolah Kristen.”


Menanggapi pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa tiga institusi tersebut memiliki peran yang krusial bagi seorang peserta didik. Kata “bertanggungjawab” menurut saya memberikan penekanan yang baik, karena menunjukkan bahwa mereka tidak bisa menolak realitas ini. Pilihan yang tersedia adalah apakah mereka menjalankan perannya atau tidak. Kemudian penyebutan ketiga institusi tersebut juga mengarahkan kepada pemahaman bahwa tidaklah ideal apabila memberi perhatian berlebihan terhadap salah satu, dan kurang memberi perhatian kepada institusi lain. Dalam upaya menuju kepada tujuan yang sama, ketiga institusi ini memiliki kekhususan peran satu sama lain. Memperhatikan ketiga institusi ini dengan matang akan berperan pada proses pendidikan yang seimbang yang didapatkan oleh peserta didik. Keseimbangan ini akan memaksimalkan hasil dari pendidikan Kristen yang dilakukan pada peserta didik.

Merefleksikan fungsi integrasi, kurikulum yang dirancang perlu memperhatikan ketiga institusi ini. Gereja dan lembaga Kristen dalam merancang kurikulum harus memperhatikan hal ini. Kurikulum yang integratif menjadi penting, karena akan memaksimalkan hasil. Baik itu sekolah ataupun gereja harus sadar akan keterbatasan masing-masing, dan juga melihat potensi dari setiap institusi.


Poin 3 (9.07)

Oleh karena itu Alkitab harus menjadi pusat kurikulum sekolah Kristen. Alkitab bukan hanya pokok bahasan yang paling penting, tetapi juga prinsip yang menentukan pokok bahasan lainnya dan cara pengajarannya.


Keutamaan Alkitab merupakan harga mati, tidak berarti keseluruhan proses pendidikan dilakukan dengan membaca Alkitab. Menjadikan kebenaran Alkitab sebagai sumber ortodoksi dalam semua aspek kurikulum di dalam pendidikan di sekolah Kristen apalagi di gereja adalah tanggung jawab lembaga pendidik Kristen. Berdasarkan pernyataan di atas, maka setiap pembelajaran harus dapat merefleksikan kebenaran Alkitab. Ilmu pengetahuan harus dipahami dan dipelajari dalam terang kebenaran Alkitab. Terlaksananya pernyataan di atas akan membuat pemahaman kebenaran Alkitab dapat dihadirkan di dalam setiap mata pelajaran. Maka, Kristen tidak hanya sebatas pembelajaran agama, melainkan juga senantiasa direfleksikan dalam keseluruhan kurikulum.

Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya prinsip Alkitab dapat diturunkan ke dalam metode atau strategi kurikulum. Dengan demikian, sejalan dengan bagian akhir pernyataan di atas, cara pengajaran dalam kurikulum akan sejalan dengan prinsip Alkitab.

[1] Pendidikan Kristen, FILSAFAT PENDIDIKAN KRISTEN //THE PHILOSOPHY OF CHRISTIAN EDUCATION, 2020, diakses 20 September 2021, https://www.youtube.com/watch?v=ZtR8wcPWEjE.

 
 
 

Comments


  • Facebook
  • Twitter
  • LinkedIn

©2021 by Aku.nulis. Proudly created with Wix.com

bottom of page